melihat nanar serpihan kalbu
ku pejamkan mata
menahan perih rasa
pikiranku menembus ruang waktu
menyusuri memori biru
sekali lagi menahan rasa
sekali lagi tersayat luka
aku bagai pengemis di malam rindu
menunggu belas kasihanmu
aku tak bisa membalas jasa bulan
yang selalu sinari malamku
yang selalu sinari malamku
aku diam meski gerhana menutupi
atau saat kau tak seindah purnama
aku tetap disini menemani
menyemangati setiap seru deru
aku menanti di tepian hati
menemani segala isi dan sisi
mewarnai kanfas hari mu
mengubur warna kelabu
isak terkuak dalam dada
mengelora bagai ombak lautan
pecah terbuai alunan riak
pilu peluhku berteriak
aku terdiam terombang-ambing samudra
badanku tak lagi rumahnya
isakku terusap sentuhnya
bercumbu dalam rengkuhanya
percuma berseru kau tak menunggu
meski isak tangis menderu
laut memaksa merengkuhku
tenggelam bersamaan kau meredup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar