Jumat, 21 September 2012

isak

termagu aku membisu
melihat nanar serpihan kalbu
ku pejamkan mata
menahan perih rasa

pikiranku menembus ruang waktu
menyusuri memori biru
sekali lagi menahan rasa
sekali lagi tersayat luka

aku bagai pengemis di malam rindu
menunggu belas kasihanmu
aku tak bisa membalas jasa bulan
yang selalu sinari malamku

aku diam meski gerhana menutupi
atau saat kau tak seindah purnama 
aku tetap disini menemani
menyemangati setiap seru deru

aku menanti di tepian hati
menemani segala isi dan sisi
mewarnai kanfas hari mu
mengubur warna kelabu

isak terkuak dalam dada
mengelora bagai ombak lautan
pecah terbuai alunan riak
pilu peluhku berteriak

aku terdiam terombang-ambing samudra
badanku tak lagi rumahnya
isakku terusap sentuhnya
bercumbu dalam rengkuhanya

percuma berseru kau tak menunggu
meski isak tangis menderu
laut memaksa merengkuhku
tenggelam bersamaan kau meredup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar